Sabtu, 05 Juni 2010

Membangun Rumah Tangga


Terus terang, ketika pertama kali mengkaji surat an-Nisaa ayat 34, Ar-rijaalu qowwamuuna ‘alan nisaa’i……Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),,, betapa senangnya saya ini. Serasa di awang – awang. Terbayang betapa enaknya kaum lelaki. Dia adalah pemimpin buat kaum wanita, yang harus ditaati dan dihormati. Kayak raja, dilayani, dituruti segala perintahnya dan penuh wibawa. Apa yang diingini, keturutan. Apa yang dimaui kesampaian. Sungguh bayangan yang menghentak dan menggejolak. Bayangan kehidupan rumah tangga yang penuh euphoria dan kesenangan. Senang dan senang terus. Enak dan eunaaak sekali rasanya. Dan pengin segera memasukinya. Apalagi sang penyampai dengan lihainya mengurai dan menjelaskan. Bahkan dengan contoh – contohnya yang transparan. Penuh tawa dan canda, namun membuat tambah yakin dan gamblang. Misalnya, orang yang berkeluarga itu enaknya cuma 10 %. Kemudian sang penyampai berhenti bicara. Jeda ini membuat penasaran dan bertanya – tanya, sebelum sang mubaligh meneruskan. Sedangkan yang 90 % itu euunaak sekali.

Sudah begitu, nasehat bab ketaatan juga kenceng meluncur bak kereta cepat shinkansen, menjelaskan kalau wanita harus taat kepada suami, selain taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri. Suami adalah jembatan untuk masuk surga atau neraka bagi istri. Wuih, posisi yang strategis bukan? Kapan punya kesempatan seperti itu. Diperkuat dengan dalil – dalil yang sungguh dahsyat, seperti; Dari Abu Huroiroh ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Kalau seandainya aku boleh memerintah seseorang sujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan perempuan untuk sujud kepada suaminya.” (Rowahu at-Tirmidzi, dan ia berkata, ini hadits hasan shohih). Hadits ini menambah pede dan besar kepala ini saja, semata karena saya terlahir sebagai laki – laki. Itu jejak rekam yang terpendam dalam – dalam dalam sanubari ini. Ini semua factor ego, usia atau psikologi semata saya kurang tahu. Yang jelas begitulah yang kurasa waktu itu. Tegas dan jujur apa adanya.

Ayat di atas tidak salah, hadits itu tidak keliru. Penyampai dan penasihat juga tidak kaprah. Dalam koridor fungsi dan kewajibannya masing – masing, mereka telah menyampaikan amanat yang seharusnya disampaikan. Hanya hasrat besar saya yang membelokkan itu semua. Hanya nafsu besar mendapatkan kesenangan yang mengangkangi fakta yang ada. Menutupi hal lain yang seharusnya saya ketahui. Perlahan tapi pasti, satu per satu fakta mengemuka dan terkuak seiring berjalannya waktu.

Suatu ketika, di komplek saya tinggal sepasang suami istri. Sedangkan mayoritas di situ adalah mahasiswa yang bujang (lagi lapuk). Ketika sang suami mencuci baju tiap pagi, seorang teman berkomentar. “Punya istri kok nyuci baju sendiri,” katanya.

“Memang kenapa? Apakah ada larangan suami mencuci baju?”, timpal sang suami.

“Enggak sih, aneh saja,” balik teman saya.

“Nanti kamu akan tahu, kalau kamu sudah berkeluarga,” katanya dengan bijak.

Dialog itu tersimpan lama dan dalam di lemari memori saya. Realitas yang saya pikir belum bisa saya pahami waktu itu. Bergemuruh di dada. Apa arti ini semua? Ini adalah hal yang kontra produktif, batin saya. Bayangan yang indah itu seakan ternoda. Sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya menuntun saya untuk mereposisi beberapa pemahaman yang ada. Entah kebetulan atau sengaja, pondasi – pondasi sebuah keluarga bahagia semakin tampak. Seiring bertambahnya ilmu dan kepahaman. Pilar – pilarnya semakin jelas. Dan alurnya semakin kentara. Lambat - laun gambaran raja semakin sirna. Lambat – laun turun tahta, menyadari akan arti pentingnya sebuah kerja sama dalam membangun sebuah biduk rumah tangga. Semuanya terkumpul, semuanya tersaji, sebelum menapakkan kaki ke jenjang rumah tangga yang sebenarnya. Sebelum semua terlambat.

Kamis, 03 Juni 2010

Keluarga Bahagia


Begitu pentingnya masalah rumah tangga ini, sampai – sampai berulang dan berulang terus diingatkan. Keluarga adalah pondasi untuk membentuk masyarakat yang sehat dan kuat. Baiknya sebuah keluarga adalah baiknya masyarakat. Buruknya sebuah keluarga adalah cermin buruknya masyarakat. Hal ini dipahami betul oleh para ulama, sehingga tak jengah memberikan pituah agar setiap orang benar – benar berusaha membentuk keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang taat azas dan norma. Situasi ini menjadi concern para pengatur – pengurus bahwa rusaknya bagian kecil yang bernama keluarga, akan merusak tatanan yang besar yang disebut sebagai masyarakat dan bangsa.

Di sisi lain, situasi ini bisa juga dipahami bahwa sekarang ini sudah banyak gejala yang menandakan disharmoni rumah tangga di banyak tempat. Broken home. Maka, sebelum terlanjur, sebelum menggurita dan menyebar, dilakukanlah usaha – usaha preventif, permisif, semi intens, dengan seringnya diingatkan masalah pentingnya keluarga bahagia ini. Ayo, segera bangun tatanan keluarga baru dengan prinsip – prinsip yang benar. Ayo, segera perbaiki kesalahan – kesalahan mendasar dalam membentuk bangunan keluarga. Ayo, merubah pola dan paradigma dalam menjalin hubungan yang harmonis di dalam keluarga. Ada situasi, stimulus, pengaruh jaman, yang kudu direspon dengan baik dan benar yang sering disebut dengan ketahanan keluarga. Ciptakanlah ketahanan keluarga ini sebagai wujud nyata keharmonisan, sehingga menjadi sumbang sih – amal sholih kita dalam membangun masyarakat madani yang kuat menuju baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.

Sebuah keluarga, terbentuknya diawali dengan suatu prosesi yang disebut perkawinan. Yaitu bertemunya dua sejoli untuk berjanji setia menyempurnakan agama dan saling menjaga dengan prinsip saling menghormat dan taat di dalamnya. Nah, sebelum terlanjur jauh melangkah, perlu rasanya menyamakan perpsepsi dulu di sini bahwa inti untuk membina keluarga bahagia adalah terciptanya hubungan timbal - balik yang baik antara suami dan istri. Karena merekalah lakon utamanya. Padanyalah bagaimana sebuah bahtera keluarga akan dibawa. Maju, mundur, goyang, oleng, baik, buruk dan sebagainya. Dari sini rasanya perlu menyimak sebuah cerita inspiratif dari Plato tentang esensi perkawinan.

Konon setelah Plato memahami arti cinta, suatu ketika Plato melanjutkan pertanyaan kepada Gurunya tentang perkawinan. “Guru, apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”

Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh menoleh dan berbalik mundur ke belakang. Dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling elok, paling kamu suka, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan.”
Plato pun berjalan menelusuri hutan itu dengan kecermatan yang tinggi. Matanya tak berkedip sekejap pun menjelajahi setiap batang pohon yang ditemuinya. Dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa sebuah pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang bagus, yang kelihatan segar dan subur, dan juga tidak terlalu tinggi. Besar pun tidak. Pohon itu biasa-biasa saja. Mungkin orang lain tak akan dan tak sudi mengambilnya.

Dengan arif Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memilih pohon yang seperti itu?”

Plato pun menjawab, “Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, aku kuatir kalau ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Di kesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat. Jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya ke sini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”.

Gurunya pun kemudian menjelaskan; “Dan, ya itulah perkawinan.”

Perkawinan adalah sebuah pilihan, yang kadang tak bisa diterima nalar, dari sekian banyak pilihan yang ada. Ketika pilihan itu sudah diambil, keputusan sudah dibuat, selanjutnya adalah memberi alasan bahwa pilihannya itu tidak salah. Caranya dengan mengenal lebih jauh terhadap pilihannya itu. Menemukan hal – hal yang baik dan positif pada pasangannya. Menyemai cinta. Memeluk persamaan dan mencerai perselisihan. Lakukanlah pengenalan pasangan ini seperti mengeksplor hutan kala pertama kali mendapatkannya. Maka akan terasa indah dan menakjubkan. Banyak hal yang ditemukan sebagai berkah - karunia Yang Kuasa. Sempurna. Jangan mengembalikan lagi ke hutan, niscaya hutan akan menenggelamkannya.

Dari Abu Huroiroh ra., ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda; “Janganlah seorang lelaki mukmin membenci seorang mukminah (istrinya), bila ia membenci suatu perangai padanya, niscaya ia menyukai perangainya yang lain.” (HR. Muslim).
Allah berfirman, “Dan gaulilah mereka istri dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisaa : 19).

Pilihan adalah bagian dari kepemimpinan. Wujudnya adalah sebuah tanggung jawab. Jadi, perkawinan merupakan sebuah kesempatan mempertanggung-jawabkan pilihan, dengan kesediaan masing – masing individu untuk berperan sesuai tugasnya dan menyesuaikan satu sama lain gaya kepemimpinannya, sehingga terbentuk pola hubungan – kerja sama dan komunikasi yang baik. Pada akhirnya terbentuk sebuah keluarga yang harmonis. Tanpa menyadari hal ini, semuanya tak berarti, walau sudah berpuluh tahun bersama. Salah – salah malah perpisahan yang ada. Tak lebih seperti memasukkan kembali batang pohon yang kita tebang ke dalam hutan muasalnya.

Oleh:Ustad.Faizunal Abdillah

Rabu, 02 Juni 2010

Cinta


Ketika pertama kali melangkahkan kaki ke jenjang perkawinan, sebenarnya ada satu hal yang mengganjal dalam diri saya. Bisakah saya mencintai istri saya? Sepertinya ini pertanyaan tolol yang tidak seharusnya terjadi. Tapi itulah yang terjadi. Sampai akhirnya saya benar – benar menjejakkan kaki, memasuki rumah tangga dengan seseorang yang disebut istri. Seorang perempuan yang sekarang berada di samping saya dan ada dalam peluk - cium kehidupan saya. Bahkan telah memberikan saya (sebagai perantara) satu orang anak yang lucu, cakep dan ayu. Kenapa pertanyaan itu muncul? Ceritanya begini...

Beristri adalah berbagi. Kalau dulu semasa bujangan apa – apa adalah untuk diri sendiri, setelah beristri tentu sekarang hal itu tidak berlaku lagi. Nah, dulu ketika bujangan saja tidak bisa mencintai diri sendiri, lah sekarang kok mencoba mencintai orang lain? Sebab orang harus bisa mencintai diri sendiri dulu toh, sebelum mencintai orang lain bukan?
Inilah kisah yang melatarbelakangi itu. Suatu saat ada seseorang yang bertanya kepada Abu Dzar al-Ghiffari, salah seorang sahabat Nabi SAW, tentang arti cinta. Dia bertanya, ''Hai Abu Dzar, pernahkah engkau melihat orang yang berbuat jahat terhadap orang yang amat dicintainya?''

''Ooo, pernah. Bahkan sering, saya melihatnya,'' jawab Abu Dzar. ''Dirimu sendiri itu adalah orang yang paling kamu cintai. Dan kamu berbuat jahat terhadap dirimu bila durhaka kepada Allah,'' jelasnya.

Merujuk pendapat itu, saya jadi mati kutu. Ada perasaan takut luar biasa. Karena seringnya berbuat durhaka. Sering menganggurkan diri dari amal sholih. Mengosongkan waktu dari pahala. Banyak bermain dan banyak melakukan hal yang tidak bermanfaat. Penampilan seenaknya. Apakah bisa ini disebut mencintai diri sendiri? Yang saya lakukan sesungguhnya merupakan perwujudan kebencian terhadap diri sendiri. Nggak sayang, nggak eman dengan badan sendiri. Dengan demikian, sebenarnya saya telah tega berbuat jahat terhadap 'orang' yang amat saya cintai bukan? Relevansinya, jangan sampai nanti istri cuma jadi korban. Hanya sebagai pelampiasan, tidak diperhatikan dan jadi obyek seperti orang yang didzholimi. Tidak terpenuhi hak – haknya.

Maka, di awal – awal perkawinan saya sering katakan kepada istri, “Mari kita berpacu di jalan Allah. Sebab di sanalah cinta kita akan bersemi. Jangan mengharapkan cinta dari saya yang sulit mencintai diri sendiri. Mari cintai diri kita sendiri.” Kalimat puitis, yang saya yakin istri juga bingung menterjemahkannya, walaupun dia bilang, “ Ya.” Sampai akhirnya hubungan itu mencapai kesetimbangan dan kesepahaman, bahwa dengan dasar yang sama, tujuan yang sama, di atas jalan – jalan Allah dan panji – panji cintaNya, di bawah rahmat dan bimbinganNya, akhirnya cinta itu bersemi. Mekar. Harum dan mewangi. Meminjam istilah sekarang, seperti layakanya “ketika cinta bertasbih”.

Dan kini, ketika rasa itu melambung tinggi, tatkala saya bilang I love you, kepadanya, rasanya seperti bilang I love my body. Justru, lantaran istri, saya mendapatkan kembali bagaimana jalan dan bentuk untuk bisa mencintai diri sendiri. Egois, tapi fantastis. Inilah bagian dari jalan syukur itu. Rahasia Ilahi dalam mengarungi bahtera cinta dalam rumah tangga. Menguak kebesaran-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ruum ayat 21; “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu bertempat (memperoleh ketenangan dan ketentraman) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

"Tips pacaran ala Islam"



1. Jangan berduaan dengan pacar di tempat sepi, kecuali ditemani mahram dari sang laki2/wanita (jadi bertiga)

“Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat Mausu’ah Al Manahi Asy Syari’ah 2/102]

“Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya“ (HSR.Tirmidzi)

2. Jangan pergi dengan pacar lebih dari sehari semalam kecuali si wanita ditemani mahramnya

“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sehari semalam tidak bersama mahromnya.” [HR Bukhori: 1088, Muslim 1339]

3. Jangan berjalan-jalan dengan pacar ke tempat yang jauh kecuali si wanita ditemani mahramnya

“…..jangan bepergian dengan wanita kecuali bersama mahromnya….”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]

4. Jangan bersentuhan dengan pacar, jangan berpelukan, jangan meraba, jangan mencium, bahkan berjabat tangan juga tidak boleh, apalagi yang lebih dari sekedar jabat tangan

”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283, lihat Ash Shohihah 1/447/226)

Bersabda Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wassallam: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” [HR Malik 2/982, Nasa’i 7/149, Tirmidzi 1597, Ibnu Majah 2874, ahmad 6/357, dll]

5. Jangan memandang aurat pacar, masing-masing harus memakai pakaian yang menutupi auratnya

“Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya..” (Al Qur’an Surat An Nur ayat 30)

“…zina kedua matanya adalah memandang….” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)

6. Jangan membicarakan/melakukan hal-hal yang membuat terjerumus kedalam zina

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (Al Qur’an Surat Al Isra 32)

“Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud)

7. Jangan menunda-nunda menikah jika sudah saling merasa cocok

“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.” (H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)

WARNING:

sebenarnya banyak ulama dan ustadz yang mengharamkan pacaran, misalnya saja ustadz Muhammad Umar as Sewed. jadi sebaiknya segera menikahlah dan jangan berpacaran…



Bagi yang sudah terlanjur berbuat dosa maka bertaubatlah dan jangan putus asa, Allah pasti mengampuni hambanya yang bertaubat dan memohon ampun…

Senin, 31 Mei 2010

Moral decline


Assalamu'alaikum..

Miris nggak kalo baca hasil survei terakhir Komisi Perlindungan Anak (KPA) yang mengungkapkan data bahwa 97 persen remaja di Indonesia pernah menonton atau mengakses pornografi, 93 persen pernah berciuman, 62,7 persen PERNAH BERHUBUNGAN BADAN, serta 21 persen remaja telah melakukan aborsi.

Data lain mengungkapkan bahwa 30% pelajar SMP pernah melakukan hubungan badan di luar nikah alias berzina. Masya Allooh.. Na'udzubillaahimindzaalik..

Inilah dampak kebebasan yang begitu diagung-agungkan, begitu banyak Media Televisi,Majalah, Koran, DVD, FIlm, Internet yang menayangakan informasi yang salah, dan ini salah satu dampak kehancuran budaya bangsa akibat tayangan TV yang tidak bermoral. hal ini dapat kita lihat dari perubahan pandangan di masyarakat dimana terjadi perubahan nilai atau cara pandang terhadap pergaulan antar lawan jenis yang ternyata sudah berubah. Kalau dulu, pacaran atau bermesraan di depan umum dianggap tabu, kini hal itu dianggap biasa. Jangankan bersentuhan atau
sekadar berciuman, yang lebih dari itu pun bahkan dilakukan, dengan tanpa rasa malu! Pelan tapi pasti, para pelaku pacaran tersebut akhirnya terjerumus kedalam jurang dosa karena melakukan perbuatan yang amat keji dan dilarang oleh Alloh SWT, yaitu BERZINA..!!

Mendekati zina saja sudah dilarang, apalagi melakukannya. Allah pun mengkategorikan zina sebagai dosa besar. Dalam Al Qur'an surat Al Isra' ayat 32, Allah SWT sudah memperingatkan hamba-hambanya mengenai zina :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

Apabila kita telaah lebih jauh mengenai pacaran ini, ada beberapa tahap yang biasanya terjadi, antara lain:

1. Perjumpaan pertama. Melihat si dia dengan pandangan yang mempesona, senyumannya terus teringat dipikiran, jantung pun berdebar debar karenanya.. sehingga terlahirlah pertanyaan2 dalam hati seperti "Apakah dia mencintaiku?", "Apakah dia juga merasakan perasaan yang sama terhadapku?", jika bertemu di internet atau dunia nyata, perasaan bahagia seperti menyeruak dari lubuk hati dan tertumpahkan ke seluruh tubuh..

2. Pengungkapan dan perikatan. Di sinilah terucapkan kalimat2 "Aku cinta kamu selamanya..", "Aku kan selalu ada untukmu setiap saat..", "I miss you so much beibehh.." dan kalimat2 lainnya yang menumpahkan perasaan masing-masing. Persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama, berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu.

3. Pembuktian. Nah disinilah tahap yang sangat membahayakan.. Untuk membuktikan rasa cinta yang menggelora pada sang kekasih, tak mampu untuk menolak ajakan kekasih, akhirnya apapun diberikan demi cintanya itu. Akhirnya terjadilah hal2 yang mungkin tidak pernah diduga sebelumnya. Bila sudah seperti ini ajakan ciuman bahkan BERHUBUNGAN BADAN pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah

Kebahagiaan dan keindahan yang dirasakan saat berpacaran itu adalah hal yang fana, semu dan menipu. Itu karena dalam setiap detik berpacaran itu, setan selalu mengiringi dan membayangi pelakunya agar apa yang dilakukannya itu selalu tampak indah dan manis. Padahal, disitulah jebakan setan agar cepat atau lambat, pelakunya dapat digoda dan dijerumuskan kedalam jurang neraka dan disiksa bersama setan selama lamanya di akhirat.

Bro n sis, banyak sekali keburukan2 dan akibat2 dari zina ini, seperti yang pernah disampaikan oleh Bapak K.H. Kasmudi dan para mubalig2 lainnya yang dirangkum dari berbagai hadits sebagai berikut:

1. Zina dapat menghilangkan cahaya iman dari pelakunya
2. Zina merupakan perbuatan buruk yang bisa membawa kematian pelakunya (umurnya pendek)
3. Orang yang berbuat zina, doanya tidak dikabulkan oleh Allah SWT
4. Pada hari kiamat nanti orang yang berbuat zina akan menyala - nyala api di wajahnya
5. Orang yang berbuat zina disiksa dalam tungku besar yang nyala apinya menghancurlumatkan tubuhnya kemudian dikembalikan lagi jasadnya dan dihancurlumatkan lagi oleh nyala api yang berkobar-kobar, begitu terus menerus.
6. Bau orang yang berbuat zina sangat busuk sehingga menyakitkan sesama ahli neraka
7. Ahli zina dihapus dari daftar orang - orang yang baik
8. Allah SWT tidak melihat kepada ahli zina dengan pandangan hormat
9. Allah SWT mengharamkan surga dan mengharamkan mencium bau surga kepada ahli zina
10. Tersiarnya perbuatan zina membawa akibat banyaknya anak-anak yang dilahirkan dari hasil perzinaan, dan disebabkan banyak anak-anak hasil perzinaan hampir saja Allah SWT meratakan siksanya
11. Suatu negara jika sudah merata perzinaannya, Allah SWT mengancam akan merusak negara tersebut dengan murka yang ditujukan kepada penduduk yang menempati negara tersebut.
12. Zina adalah penyebab seseorang jatuh harga dirinya, kehormatannya, kehormatan keluarganya, cacat di dunia dan di akhirat
13. Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya agama si penzina, hilangnya sikap wara' (menjaga diri dari dosa).
14. Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan elemen iman.
15. Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
16. Mematikan hati.
17. Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
18. Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Allah maupun sesama manusia.
19. Pezina akan dipandang sinis oleh manusia lainnya.
20. Kesempitan hati dan dada selalu meliputi para pezina. Apa yang ia dapati dalam kehidupan ini adalah kebalikan dari apa yang diingininya.
21. Penzina tidak akan mendapat bidadari yang cantik di surga kelak
22. Perzinaan dapat memutuskan hubungan silaturahim dan kedurhakaan kepada orang tua, bahkan dapat mengakibatkan pertumpahan darah.
23. Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya di samping meninggalkan aib yang bagi pelaku dan keluarganya.
24. Zina dapat benar-benar membekas pada pelakunya, meski ia telah bertaubat.
25. Zina dapat pula menjurus pada aborsi ketika perempuan yang hamil karena berzina menggugurkan kandungannya.
26. Perzinaan tidak akan melahirkan generasi yang baik untuk masa depan
27. Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti aids, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah.
28. Perzinaan menyebabkan hancurnya suatu masyarakat yakni mereka semua akan dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang tersebar dan yang dilakukan secara terang-terangan.

Bro n sis, sedemikian bahayanya zina hingga Allah akan memberikan hukuman pada para pezina berupa :

1.Hukuman fisik dan mental berupa ranjam, cambuk dan pengasingan dari masyarakat selama satu tahun.
2.Allah melarang kita untuk memberi belas kasihan kepada para pezina.
3.Allah memerintahkan agar pelaksanaan hukuman zina ini disaksikan oleh orang-orang mukmin sehingga dapat menjadi suatu pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.
4.Para pezina akan mendapat murka dari Allah, buruk nasab amalnya dan siksa yang keras di akhirat.


Oleh karena itu brother and sister, marilah kita mulai dari diri kita dan lingkungan terdekat kita untuk menjauhi zina dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mari kita lebih berhati-hati lagi dalam berbuat. Jangan sekali-kali dekat-dekat dengan zina, meskipun hanya dengan syahwat di dalam hati, saling bersentuhan, saling mencolek, memandang dengan syahwat, dll. Ingat2lah selalu nasihat para pengurus kita yang selalu mengingatkan kita agar kita tidak tergoda oleh rayuan iblis laknat jahannam. Jangan menganggap remeh nasihat2 tersebut. Sekali kita terjerumus, maka selamanya kita akan merugi.

Waspadalah, waspadalah, waspadalah!!!!

Minggu, 30 Mei 2010

Buah hati, belahan jiwa


Perasaan ini belum pernah aku rasakan sebelumya, perasaan bahagia dengan kehadiran sibuah hati belahan jiwa..
Hidup ini terasa hangat dengan kehadirannya." Geisha Uril Azqa "itulah namanya.

Warung Online


Cerminan pribadi & estetika...
Warna hadir setua alam semesta
memberi sentuhan
menyempurnakan keindahan...!!!
tak pernah ter pikirkan oleh benakku, betapa besar & mulianya ciptaan Allah
selalu serasi & sepadan..
dengan media Blog ini, izinkanlah kami untuk sedikit berkreatif.